Kejadian ini adalah kejadian yang takkan pernah ia
lupakan seumur hidupnya. Kejadian inilah yang membuatnya pertama kali merasakan
apa itu yang artinya sedih. Selama ia hidup, ia belum pernah merasakan apa itu
kesedihan. Sebuah badai besar menghancurkan kehidupan laut yang ia tinggali.
Ombak-ombak besar beradu menunjukkan dirinya yang mana ombak yang paling kuat
menghancurkan kehidupan indahnya. Semua sudah luluh lantak dan terberai entah
kemana. Petir-petir menyambar dengan dahsyatnya membuat telinganya seakan mau
pecah. Kedelapan hyungdeul-nya terbawa oleh badai itu. Kekuatan yang
dimilikinya belum mampu untuk menenangkan badai sebesar itu. Ia merasa tidak
bisa melindung hyungdeul-nya dan bukan dongsaeng yang baik.
Saat ini ia sudah terdampar di bibir pantai.
Tubuhnya terkulai lemah tersandar di sebuah batuan karang yang berukuran cukup
besar. Wajahnya yang pucat pasi tergambar jelas di sana. Pagi ini ombak
bergulung dan bergerak menuju bibir pantai dengan tenang membuat ekornya
bergoyang perlahan.
Di waktu yang bersamaan, seorang namja sedang
berkeliling di pesisir pantai sambil membawa kembali kameranya dan kembali
mengambil gambar pantai di Pulau Jeju. Baginya tak ada habis-habisnya
kecantikan yang dipamerkan di Pulau Jeju. Angin yang bertiupan dengan lembut
sangat meneyntuh baginya. Pantas saja Pulau Jeju disebut Samda-do yang artinya
Pulau dengan tiga keindahan wanita, batu, dan angin.
“Syukurlah badainya sudah reda! Kalau tidak mana
mungkin aku bisa berjalan-jalan”
Ia hirup udara segar di sana dan melihat lagi
keindahan yang sudah diberikan Tuhan kepada hamba-Nya. Ia tak mau melewatkan
sedetikpun keindahan pantai ini. Hingga mata tajamnya kembali memasati satu
objek di pesisir pantai. Entah apakah itu kenyataan atau ilusi semata ia dekati
lagi sosok itu perlahan takut sosok itu kabur lagi.
TAP TAP
“Nuguseyeo? Nuguya?”
Siwon memanggil namja itu sambil menatap wajah pucat
yang ada di hadapannya. Ia amati lagi seluruh tubuh namja itu. Atasan baju yang
hanya berupa pakaian tanpa lengan hingga membuat kedua pundaknya terlihat jelas
dilengkapi dengan sisik-sisik ikan yang menutupi secara keseluruhan dari bagian
dada, punggung hingga perutnya dan beberapa untaian rumput laut yang menjuntai
ke arah samping.
Ia lihat kembali namja itu menuju bagian bawah
tubuhnya. Dan....
“OMMO! D.....DU...DUYUNG?! D...DIA DUYUNG?!
EOTTHEOKKAE?!”
Kaget, panik, cemas, takut, dan tidak percaya!
Itulah yang ada di pikirannya sekarang! Baru pertama kali ia melihat makhluk
seperti ini secara langsung! Biasanya ia hanya mendengar dari dongeng-dongeng
waktu ia kecil dulu. Dan ia melihatnya secara langsung sekarang!
‘Duyung ini kenapa tidak bergerak sama sekali? Apa
duyung ini sudah mati?”
Ia memeriksa nafas sang duyung ini. Ia rasakan dari
telunjuknya deruan nafas yang sangat pelan dari hidung mancung ‘makhluk’ ini.
“Syukurlah dia masih hidup! Tapi bagaimana aku
membawanya ke kamarku? Apalagi tidak ada kain atau terpal untuk menutupi
ekornya! Aisshh..ayolah berpikir, Siwon!”
Dewi Fortuna memihak kepadanya! Ada satu terpal di
perahu nelayan yang tak terpakai, ukurannya juga pas untuk menutupi tubuh
bagian bawah duyung ini, walaupun ada yang sobek bisa ia tutupi dengan baju
luarnya!
“Ahhh! Chamkkamannyeo! Aku akan membawakan terpal
untuk membawamu ke kamarku! Bertahanlah!”
Dengan menggunakan kaki jenjangnya, ia berlari
menuju perahu nelayan yang tak terpakai itu. Ia ambil terpal dengan ukuran yang
cukup besar untuk membungkus tubuh bagian bawah dan ekor duyung itu. Kemudian
ia kembali lagi ke tempat duyung itu terdampar dengan cepat
“Ccha! Aku sudah membawa sesuatu untuk menutupi
tubuh dan ekormu!”
Siwon segera membungkus tubuh bawah dan ekor duyung
ini. Dengan cekatan ia menggendong duyung ini ala bridal style dan melangkah
menuju penginapannya. Semoga saja tak ada yang tahu bahwa ia sedang menggendong
‘seorang’ duyung........
To be continue
Tidak ada komentar:
Posting Komentar