Kamis, 18 Agustus 2016

1st fanfiction

A Million Pieces

Kata orang, cinta itu buta. Tidak memandang siapa yang ia cintai! Yap memang kadang-kadang istilah itu ada benarnya juga. Toh banyak juga orang yang bilang cinta itu bagaikan obat yang dapat membuat siapapun menjadi bersemangat. Mungkin ini yang menjadi alasan dari apa yang dirasakan namja polos dan lugu ini, Cho Kyuhyun yang selalu berusaha untuk yang terbaik kepada keluarga dan teman-temannya, khususnya untuk Choi Siwon yaitu namja yang Kyuhyun sukai hingga akhir hayatnya.

Seoul, 12.00 PM
Namja polos dan imut ini telah keluar dari universitasnya dan segera mengambil sepedanya untuk bergegas ke rumahnya. Yap Cho Kyuhyun! Namja yang selalu berbuat baik kepada setiap orang. Kepolosan dan kebaikan hatinya membuat orang yang berada di sekitarnya merasa tersentuh dan kadang-kadang ada yang mempermainkan sikap kerendah hatian Kyuhyun ini.
Penjaga kampus yang selalu berada di pos jaga sedang mengangkut sampah yang telah ia kumpulkan. Banyak mahasiswa lain tak perduli dengannya, mereka hanya terobos pagar kampusnya tanpa memperdulikan betapa susahnya mengangkut sampah yang banyak itu. Kyuhyun yang merasa kasihan melihatnya segera menghentikan kayuhan sepedanya dan turun untuk membantu penjaga itu.
“Ahjussi, mau ku bantu?”

“Ah...anni, ahjussi bisa melakukannya sendiri. Sebaiknya kau langsung pulang ke rumahmu, nanti kau dicari kedua orangtuamu!”
“Tapi, aku ingin membantu ahjussi...ya sudah kalau tidak boleh, aku pulang” ucapnya tertunduk sambil membungkukkan badannya.
Ahjussi yang bersalah telah membuat Kyuhyun bersedih segera mengizinkan Kyuhyun untuk membantunya, walaupun hanya satu kantung sampah saja. Kyuhyun yang awalnya sedih langsung memasang wajah bahagia dan segera membantu ahjussi itu dengan semangat.
10 menit kemudian
“Sudah, sisanya biar ahjussi yang selesaikan! Ghamsahamnida, Kyuhyun-ssi!” sambil membungkukkan kepalanya.
“Ne, aku senang membantu ahjussi! Aku pulang!”

 Kyuhyun segera mengayuh sepedanya kembali sambil terus tersenyum. Ia tak mau melewatkan satu harinya dengan terus memasang wajah yang sedih. Ia suka untuk memasang wajah yang bahagia itu, meski terselip rasa sedih dan kekecewaan di dalamnya. Ia selalu menyapa orang-orang yang memberikan salam padanya.

“Anneyeong, Kyuhyun-ssi”
“Anneyeong ahjumma!” sambil mengayuh sepedanya kembali
Di jembatan Sungai Han, Kyuhyun melihat seorang namja yang sepertinya sedang bersedih. Tidak hanya sampai di situ saja, Kyuhyun melihat namja itu segera mengambil ancang-ancang untuk bunuh diri! Kyuhyun yang melihat itu segera mengerem sepedanya dan menarik kedua bahu yang menurutnya tegap itu.
“Hyung, jangan bunuh diri! Jebal...jangan bunuh diri! Tuhan sangat tidak suka jika hamba-Nya cepat putus asa!”
“Andwae! Lepaskan aku! Biarkan aku mati, aku sudah bosan hidup!”
“Aku mohon jangan! Hyung masih punya mimpi yang ingin hyung raih, kan? Ku mohon jangan membuat mimpimu hancur karena satu masalah saja!”

Namja yang awalnya hendak bunuh diri langsung menghentikan aksi nekadnya itu. Seketika ia langsung berbalik dan memandang wajah polos dan aegyo itu. Bukan tatapan terima kasih, melainkan tatapan murka yang ia tunjukkan kepada namja berwajah putih pucat itu.
“Siapa kau, hah? Malaikat?! Kau tidak tahu saja masalah yang ku hadapi! Jangan bersikap sok suci!”
“Mianhae, hyung....aku hanya ingin membuat hyung dapat berpikir lebih jernih....aku tak bermaksud yang lain...aku hanya ingin hyung bisa menjalani hidup ini dengan indah, bukan dengan cara seperti ini”ucapnya dengan pelan sambil menundukkan kepalanya.
“Walaupun begitu, jangan pernah ikut campur urusan orang!” bentak namja itu sambil melangkah menuju mobil sportnya meninggalkan Kyuhyun yang sekarang menitikkan air mata dari kedua mata onyxnya. Kasihan sih....

“Kyuhyun...hwaiting!” sembari menghapus air matanya dan mengayuh sepedanya.
Namja itu masih memasati Kyuhyun yang tadinya menghapus air matanya sambil mengatakan sesuatu yang tak jelas ia dengar, kalau diperhatikan seperti menyemangati diri sendiri dan pergi meninggalkannya.

“Namja aneh, polos, namun....ia manis” sambil menyunggingkan senyuman tipisnya dan mengendarai mobilnya.

To be Continue


Tidak ada komentar:

Posting Komentar